Permintaan kepiting bakau (remangok) untuk kebutuhan restoran, hotel berbintang, warung olahan seafood dan lain sebagainya saat ini sedang tinggi.
Tak hanya itu, kepiting bakau ini juga merupakan komoditas produk perikanan yang memiliki peluang ekspor yang terbuka lebar.
Akan tetapi imbas alih fungsi lahan untuk kegiatan pertambangan dan tambak udang yang menyebabkan degradasi mangrove membuat hasil tangkap kepiting bakau atau remangok ini mengalami penurunan drastis.
Oleh karena itu, Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Kepuluan Bangka Belitung memperkenalkan konsep sea farming atau budidaya kepiting remangok dengan teknologi crab box dan marikultur cerdas.
Kegiatan ini dilaksanakan di 5 lokasi kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Bangka Tengah, Pangkalpinang, Bangka Selatan, Bangka Barat, dan Belitung Timur.
Ketua Tim yaitu Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS mengatakan bahwa konsep sea farming kepiting remangok sejalan dengan blue economy yang cocok dengan potensi sumber daya di Bangka Belitung.
“Pengelolaan mangrove sebagai habitat kepiting remangok akan menjamin keberlanjutan usaha budidaya. Didukung dengan peningkatan produk hingga mengkombinasikan dengan ekowisata dipercaya akan mampu memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat”, ujarnya.
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan adalah pelatihan pembenihan dan budidaya kepiting remangok, pelatihan dan pengolahan berbasis bahan baku kepiting remangok, pelatihan dan penangkapan kepiting remangok hingga pembentukan koperasi.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul IPB Dampingi Masyarakat Membudidayakan Kepiting Remangok sebagai Komoditas Unggulan Bangka Belitung, https://bangka.tribunnews.com/2024/08/16/ipb-dampingi-masyarakat-membudidayakan-kepiting-remangok-sebagai-komoditas-unggulan-bangka-belitung.